Kamis, 02 Mei 2013

SEJARAH GGP METANOIA

Diawali pada tahun 1963 dimulai Kebaktian Sekolah Minggu bertempat di di rumah keluarga Arnan Helly Marshali di Kebon Kosong Gg 20/12, Kemayoran, Jakarta Pusat. Melalui kegiatan penginjilan dan perkunjungan, banyak orang tua anak-anak Sekolah Minggu dimenangkan bagi Tuhan. Jemaat dewasa beribadah di GGP Ecclesia Christi, jalan Kramat Soka No. 4 Jakarta Pusat sebagai gereja induk. Selanjutnya setiap hari Minggu pagi diadakan Kebaktian anak-anak Sekolah Minggu di Kebon Kosong Gg 20 tersebut. Adapun pelayan-pelayan pada waktu itu adalah Bapak Arnan Helly Marshali sendiri dibantu oleh beberapa orang pelayan diantaranya Bapak Wahjudi Firman. Pada tahun 1966 keluarga Arnan Helly Marshali pindah ke daerah lain, Kebaktian Sekolah Minggu dipindahkan ke Kebon Kosong Gg 25/190 G, Kebon Jambu (rumah keluarga Rafael Sutrisno), sekarang SDN Kebon Kosong. Pada tahun 1967 diresmikan berdirinya Pos Penginjilan GGP Ecclesia Christi di daerah Kemayoran dengan nama Pos Kebon Kosong. Sebagai penanggungjawab Pos adalah Bapak Arnan Helly Marshali dibantu oleh beberapa pelayan lain diantaranya Bapak Wahjudi Firman dan Bapak Ngabei Saufi. Tahun 1969 dibuka kelas Sekolah Minggu yang kedua di Jalan Kalibaru Barat No. 238 (Pasar Nangka), Jakarta Pusat. Rumah tersebut milik keluarga Surya Atmaja yang memberikan paviliun rumahnya yang sehari-hari dipergunakan sebagai pool dan bengkel kendaraan roda tiga (becak dan bajaj) untuk diselenggarakan Kebaktian. Paviliun ini dipergunakan sebagai kegiatan ibadah sekolah minggu, sebagai rasa syukur atas kesembuhan salah seorang putranya secara mujizat. Dengan meningkatnya usia anak-anak Sekolah Minggu, pada tanggal 6 September 1970 diadakan Kebaktian Remaja dan Kaum Muda di Jalan Kalibaru Barat No. 238 dan selanjutnya diadakan Kebaktian Umum setiap minggu sore. Dengan berkembangnya jumlah jemaat yang beribadah dan meningkatnya kegiatan peribadahan, maka Pos Kebon Kosong ini dalam Sidang Lengkap Majelis Daerah GGP Jawa Barat dan DKI Jakarta yang diselenggarakan dari tanggal 20 s.d. 22 Mei 1976 di Cilengsar, Jawa Barat ditingkatkan menjadi jemaat mandiri dengan nama GGP Jemaat Kemayoran, dengan gembala jemaat Pdm. Arnan H. Marshali. Surat Keputusan Sidang Lengkap Majelis Daerah ini tertanggal 22 Mei 1976 (tanggal inilah yang kita peringati sebagai tanggal berdirinya GGP Kemayoran) Anak-anak Sekolah Minggu yang beribadah di Kebon Kosong Gg 25 yang orangtuanya beribadah di Jemaat GGP Kemayoran, ikut bergabung dan beribadah di Jl. Kalibaru Barat No. 238 Jakarta Pusat. Pada tanggal 16 Maret 1977 Pdm. Arnan Helly Marshali jatuh sakit dan pelayanan selanjutnya ditangani oleh Majelis Jemaat sampai dengan tahun 1983. Pelayan-pelayan yang melayani antara lain Bapak Wahjudi Firman, Bapak Ootje Schifferling dan Bapak Yusuf Ishak. Untuk mengisi kekosongan pelayanan, pada bulan Februari 1984 Majelis Daerah telah menetapkan Pdt. Lucas H. Jonathan sebagai “Gembala Jemaat Diperbantukan” namun sangat disayangkan sejak tanggal 27 Oktober 1985 beliau mengundurkan diri dengan alasan kesehatan. Pelayanan selanjutnya ditangani oleh Majelis Daerah Jawa. Pada tanggal 8 Januari 1986 Majelis Daerah menetapkan Pdp. Simon M. Gunawan sebagai Pejabat Sementara Gembala Jemaat dan pada tanggal 12 Juli 1987 dilantik sebagai Gembala Jemaat. Namun pada tanggal 15 Maret 1990 Pdm. Simon M. Gunawan mengundurkan diri sebagai Gembala Jemaat. Pelayanan firman Tuhan selanjutnya diatur oleh Majelis Wilayah DKI Jakarta dan pelayanan lainnya diserahkan kepada Majelis Jemaat. Pada tanggal 14 April 1991 Pdt. Jusuf Ishak ditetapkan sebagai Pejabat Gembala Jemaat dan pada tanggal 28 November 1993 ditetapkan sebagai Gembala Jemaat GGP Kemayoran. TEMPAT IBADAH Jemaat beribadah dengan cara berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah lain. Diawali dari Jl. Kalibaru Barat No. 238 Pasar Nangka, (rumah keluarga Surya Atmaja). Sejak beliau meninggal dunia, tempat itu tidak terawat lagi dan anggota keluarga lainnyapun tidak ada yang beribadah di tempat itu. Pada tahun 1989 ibadah dipindahkan ke Kebon Kosong Gg 12/706, Kemayoran Jakarta Pusat. Namun lingkungan sekitarnya tidak mengijinkan adanya Kebaktian di tempat itu, sehingga rumah itu dijual kembali. Pada tahun itu juga Ibadah dipindahkan ke Kebon Kosong Gg 22/116, rumah keluarga E. Hutagalung, Oleh kemurahan Tuhan, tanah di sebelah tempat ibadah dibeli oleh Jemaat dan dibangun. Namun tempat inipun tidak dapat dipakai sebagai tempat ibadah. Sejak bulan Agustus 1998 kegiatan ibadah dipindahkan ke GGP Kanaan, Jl. Kelinci Raya No. 66 sampai sekarang. Kegiatan Ibadah yang dilakukan di jalan Kelinci Raya 66 ini adalah Kebaktian Kaum Muda/Remaja setiap Sabtu malam pukul 19.00, Sekolah Minggu pada hari Minggu pukul 13.00 dan Kebaktian Umum pada hari Minggu pukul 16.00. Kegiatan, ibadah, dan persekutuan doa lainnya diadakan di Kebon Kosong VI/221 (rumah keluarga Liem Tiong Hauw), sedangkan Kebaktian Kaum Wanita diadakan di Ketapang Baru II/9 Kemayoran Jakarta Pusat (rumah Sdr. Menji sekeluarga). Jemaat GGP Kemayoran sejak bulan Mei 2000 berganti nama menjadi Jemaat GGP Metanoia. Tanggal 2 Mei 2004 dibuka Kebaktian Minggu pagi jam 07.30 bertempat di Jl. Gunung Sahari Raya No. 72 Jakarta Pusat. Pada bulan November 2006 Pos ini memilih bergabung dengan GGP Pasar Baru. Jakarta, 22 Mei 2013

Rabu, 10 April 2013

MENGENAL DAN MEMAHAMI KARYA ROH KUDUS DI TENGAH TENGAH JEMAAT (1)

ROH KUDUS SEBAGAI PRIBADI Yohanes 14:26; 16:7-14 Kita sudah mendengar mengenai Allah Bapa. Kita mengagumi kehidupan Yesus. Sekarang kita akan mendengar mengenai Roh Kudus. Dari ketiga pribadi Allah, yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus, yang paling sedikit diketahui kita ialah tentang Roh Kudus. Walaupun demikian, kita ini hidup di zaman Roh Kudus, dan Dia-lah yang tinggal di dunia ini untuk memimpin dan menghiburkan, baik sidang jemaat Allah, maupun secara pribadi. I. Pribadi Roh Kudus. Banyak orang hanya melihat dalam Roh Kudus suatu Kuasa atau Pengaruh, tetapi Alkitab dengan jelas menunjukkan kepada kita, bahwa Roh Kudus adalah satu pribadi, yang layak menerima persembahan dan kasih kita. Alkitab dalam hubungan Roh kudus tidak membicarakan tentang “itu” tetapi tentang “Dia”, Yohanes 14:26: “Tetapi Penghibur, yaitu ................Dia-lah yang akan mengingatkan kamu akan semua yang yang telah Kukatakan kepadamu“. Yohanes 16:7-8: “Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia ………” Dia adalah satu pribadi, dimana kita dapat menyedihkan atau menyukakan atau menolak atau mengikuti. Juga pekerjaan Roh menunjuk sepenuhnya kepribadian Roh. Dia menghiburkan, Dia menyakinkan, Dia menyelidiki (I Korintus 2:10-11), Dia menilai (Kisah Para rasul 15:28), Dia mendengar (Yohanes 16:13), Dia berbicara (Kisah Para Rasul 13:2), Dia mengerjakan (I Korintus 12:11), Dia mengajar (Yohanes 14:26), dan Dia berdoa ((Roma 8:27). Semua itu adalah pernyataan suatu kepribadian. II. Keilahian Roh Kudus. Dia bukan saja satu pribadi, melainkan Dia adalah Pribadi Ketiga dari ke Allah-an . Dia adalah Allah, seperti Anak-Nya dan Bapa yang tidak dapat terlepas satu sama lain. Matius 28:19 ”Baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus”. II Korintus 13:13 “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus dan Kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian”, (itu benar). Juga orang berpendapat bahwa “kudus, kudus, kudus ” dari malaikat (Yesaya 6:3) berlaku untuk Bapa, Anak dan Roh Kudus. Apa sifat-sifat ilahi ? Ibrani 9:14 berbicara tentang Roh yang Kekal. Mazmur 139:7-10 menunjukkan bahwa Dia ada dimana saja. Lukas 1:35 kelahiran Yesus itulah oleh Roh Kudus. I Korintus 2:19-11 Dia menyelidiki segala perkara, juga dalam hatiNya Allah menyaksikan tentang ke-Mahatahu-anNya. PerbuatanNya adalah ke-Allah-an. Kejadian 1:2 memperlihatkan Roh Kudus sebagai Pencipta. Ibrani 9:14 memperlihatkan kita bagian dari Roh dalam Pelepasan, 1 Petrus 1:2 memperlihatkan pekerjaan kekudusan Roh. Juga pekerjaan yang memberikan kehidupan dari Roh Kudus memperlihatkan kita ke-ilahian Nya. Roh itu yang menghidupkan Adam. Yohanes 3:7 Nikodemus dan kelahiran baru. III. Kedatangan Roh Kudus Sebagaimana Perjanjian Lama adalah zaman Bapa, begitu pula Perjanjian Baru adalah zaman Anak, dan zaman Roh Kudus di dalam ruangan besar di Yerusalem untuk diam dalam hati manusia. Seperti di kandang Betlehem kedatangan Yesus terjadi, begitulah kedatangan Roh Kudus terjadi di ruang atas sebuah rumah. Jadi kita jangan berdoa untuk kedatangan Roh, melainkan untuk baptisan Roh. Kedatangan ini bersamaan dengan tanda-tanda luar biasa yang hanya terjadi satu kali, yaitu angin besar (tanda yang dirasakan); lidah-lidah api (tanda yang kelihatan) dan berbicara dengan bahasa lain; sehingga setiap orang mendengarkannya dalam bahasa sendiri (tanda yang kedengaran). Kita tidak membaca dalam Kisah Para Rasul bahwa tanda-tanda ini diulangi. Hal itu memberitahukan kedatangan Roh Kudus di dunia, seperti juga bintang di Betlehem dan malaikat di padang Efrata memberitahukan kedatangan Kristus dalam daging. Kemudian kita membaca tentang karunia Roh dalam bahasa lidah dan ini tidak dapat dimengerti, kalau tidak diterjemahkan. Tetapi hal ini akan dibahas nanti. IV. Jabatan Roh Kudus 1. Dalam hubungan dengan Kristus Yohanes 16:14 “Ia akan memuliakan-Ku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya daripada-Ku”. Dia akan memperlihatkan Yesus kepada kita. Dia akan membicarakan tentang Yesus kepada kita. Dia akan memberitahukan kita tentang kepenuhan Yesus. Dia menyediakan kita sedikit dari Yesus di dalam kehidupan kita. Dia menyamakan kita dengan Yesus . 2. Dalam hubungan dengan sidang jemaat Dia menambahkan jiwa-jiwa yang selamat. Dia membagi-bagikan pemberian-pemberian dan jabatan-jabatan. Dia mengilhami khotbah dan menjiwai doa-doa. Dia adalah Pemimpin dan Pelindung gereja. Dia adalah Eliezer yang mencari pengantin perempuan, memimpin, menghiasi dengan pemberian-pemberian dan mengantarnya bertemu dengan Pengantin laki-laki. Kalau Yesus menjadi Kepala Tubuh, maka Roh Kudus adalah Roh dari tubuh itu, yang olehnya semua anggota hidup dan bekerja. 3. Dalam hubungan dengan orang yang beriman Dia melahirkan mereka kembali. Dia menghiburkan mereka. Dia memimpin mereka dalam segala kebenaran. Dia berdoa untuk mereka. Dia memberikan mata terang untuk pengertian kepada mereka. Dia penuhi mereka. Dia mengubahkan mereka dari kemuliaan pada kemuliaan, serupa dengan Kristus. 4. Dalam hubungan dengan dunia Dia meyakinkan dunia dari dosa, terutama dari dosa ketidakpercayaan, yang dihubungkan di dalam pengadilan yang akan datang. Kita dapat bersaksi. Dia meyakinkan. 5. Dalam hubungan dengan Firman Allah Dia menulis Alkitab (II Petrus 1:21). Dia menjelaskan Alkitab (Yohanes 14:26). Dia menggenapi Alkitab (Yohanes 6:6). V. Nama-nama Roh Kudus Setiap nama menyatakan perbuatan Roh itu 1. Roh Allah - Kejadian 1:2; I Korintus 3:16 2. Roh Kristus - Roma 8:9 3. Roh Kudus - Kisah Rasul 2:4 4. Penghibur - Yohanes 16:7 5. Roh Kebenaran - Yohanes 16:13 6. Roh Kasih ) 7. Roh Kekuatan ) II Timotius 1:7 8. Roh Ketertiban ) 9. Roh Hikmat dan Wahyu- Efesus 1:17 10. Roh mengadili dan membakar habis – Yesaya 4:4 11. Roh Anugerah dan doa – Zakaria 12:10 12. Roh Kemuliaan - I Petrus 4:14 VI. Lambang-lambang Roh Kudus 1. Api - Kisah Para Rasul 2:3; Matius 3:11 2. Angin - Kisah Para Rasul 2:2; Yohanes 20:22 3. Air - Yohanes 7:38-39 4. Minyak - I Yohanes 2:20-27 5. Burung Merpati - Matius 3:16 6. Meterai - Efesus 1:13; II Korintus 1:22 7. Hujan - Yakobus 5:7 (awal dan akhir) VII. Baptisan Roh Kudus Matius 3:11 “Dia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus”. Pengalaman yang sangat khusus. Kisah Para rasul 19:2 Sudahkah kamu menerima Roh Kudus? Inilah Kehendak Allah. Efesus 5:18 Hendaklah kamu penuh dengan Roh. Suatu pengalaman untuk setiap orang. Kisah Para Rasul 2:39 Bagi kamulah janji itu. Suatu berkat yang kita terima sambil berdoa. Lukas 11:13 Dia memberikan Roh Kudus kepada setiap orang yang meminta kepada-Nya. Mengapa disebut Baptisan Roh Kudus? Karena apa yang terjadi pada baptisan air, sebagai lambang menjadi kebenaran disini. Suatu kehidupan lama, mati binasa, suatu kehidupan baru terbit, dilahirkan kembali.

Kamis, 28 Maret 2013

HUT GGP ke-90

SEJARAH SINGKAT AWAL BERDIRINYA GEREJA GERAKAN PENTAKOSTA (PINKSTERBEWEGING) A.REV. JOHANNES GERHARD THIESSEN, SR Menelusuri Sejarah Gereja Gerakan Pentakosta (Pinksterbeweging) tidaklah dapat dipisahkan dengan tokoh pendirinya Rev. Johannes Gerhard Thiessen Sr. yang di kalangan GGP lebih populer dipanggil Papa Thiessen. Rev. Johannes Gerhard Thiessen, lahir di Kitchkas Ukraina pada tanggal 22 November 1869. Beliau berasal dari Keluarga yang mengasihi Tuhan. Pada suatu hari di tahun 1888, Tuhan berfirman kepada keluarga Thiessen dan juga kepada Johannes Gerhard Thiessen : “Kamu menjadi utusan-Ku di Sumatera, Aku akan membukakan pintu gerbang bagimu”. Visi tersebut terus-menerus menggema dalam hati dan jiwa pemuda Johannes Gerhard Thiessen, untuk datang melayani Tuhan di Indonesia. Pada usia 25 tahun Johannes Gerhard Thiessen, menetapkan hatinya untuk belajar Teologia di Seminari ST. Chrischona di Switzerland. Disana ia menekuni pelajaran Teologia hingga tamat. Setelah tamat dari Sekolah Seminari ST. Chrischona tersebut, Thiessen muda ini melengkapi diri untuk menjadi utusan Injil dan ia belajar Ilmu Kedokteran di Rotterdam. Karena Visi yang diperoleh dari Tuhan ia harus melayani di Sumatera, maka Thiessen muda ini belajar bahasa Batak. Selama Thiessen muda ini belajar Ilmu Kedokteran di Rotterdam, Tuhan rupanya memberikan penolong yang sepadan kepadanya, seorang gadis yang bernama Anna Maria Vink, yang dikenal beliau sewaktu belajar disana, kemudian gadis ini menjadi isteri yang setia mendampingi Papa Thiessen dalam melayani Tuhan di Indonesia, sampai akhir hidupnya. B.MENUJU KE SUMATERA Pada tahun 1901, Papa Thiessen bersama isterinya, berangkat ke Indonesia dari Negeri Belanda, diutus oleh Doopgezinde Kerk, sebagai Guru Injil (Zending Leeren), dengan tujuan daerah Sumatera Utara, khususnya untuk melayani suku Batak. Mula-mula Papa Thiessen membawa Injil yang holistik, maksudnya sambil melayani Jemaat, beliau juga melayani kesehatan masyarakat disekitarnya. Untuk itu ia mendirikan Gereja, juga mendirikan Rumah Sakit. Ketika melayani di Pulau Sumatera ini, tepatnya di Pekantan selama 13 (tiga belas) tahun, Papa Thiessen dikaruniai 3 (tiga) orang putera dan 3 (tiga) orang puteri. C.KEMBALI KE BELANDA Pada tahun 1916, karena tugasnya di Sumatera selesai, maka Papa Thiessen dan keluarganya kembali ke Negeri Belanda. Ketika itu, di Amerika Serikat sedang dilanda Gerakan Pentakosta, yang kemudian gerakan tersebut sampai di Benua Eropa, khususnya Negeri Belanda. Kebangunan Rohani terjadi di mana-mana, dan Kuasa Roh Kudus dinyatakan dalam setiap Kebaktian Kebangunan Rohani. Pada waktu di Eropa Ev. J. Thiessen banyak mendengar dan mengikuti Kebaktian Kebangunan Rohani. Di Swiss Beliau bertemu dengan perkumpulan Pinkster yang pertama dan dalam salah satu kebaktian yang diikuti, beliau dibaptiskan dengan Roh Kudus. Setelah menerima api Pinkster, Beliau pergi ke Jerman Barat. Papa Thiessen di Jerman, berkenalan dengan Pastor Jonathan Paul, perintis Pinksterbeweging (Gerakan Pentakosta) di Jerman, dan juga berkenalan dengan Br. Roelof Polman, Pinksterbeweging di Belanda, kemudian beliau mengalami kepenuhan Roh Kudus, Tuhan memperbaharui Visi dan Misi pelayanannya, Roh Kudus menggerakkan hati beliau untuk kembali ke Indonesia dan mengabarkan Injil sepenuh. D.BERANGKAT KE JAWA Lima tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1921 Papa Thiessen dan keluarganya, berangkat dari Negeri Belanda menuju Indonesia. Beliau merintis Pinksterbeweging di Pulau Jawa, sesuai dengan Visi baru yang diterimanya, dengan predikat Evangelist (Penginjil Penuh). Beliau bekerjasama dengan Pelopor Aliran Pentakosta lainnya yang telah melayani di Indonesia terlebih dahulu, seperti Br. Van Klavern, Br. Groesbeek dan Br. Bernard dari Liverpool Inggris. E.PENCETUS API PENTAKOSTA Sebenarnya beliau itu merupakan pencetus Api Pentakosta di Indonesia yang telah berkobar di Amerika Serikat dan kemudian menjalar sampai ke Benua Eropa, ini merupakan Gerakan yang hebat dari Roh Kudus, yang mengingatkan kita kembali pada pencurahan Roh Kudus pada Zaman Rasuli di hari Raya Pentakosta, sehingga mendapat julukan PENTECOSTAL MOVEMENT. Orang Belanda menamainya PINKSTERBEWEGING, orang Jerman menyebutnya PFINGSTBEWEGUNG. Rev. J. Thiessen Sr memperkenalkan pekerjaan Roh Kudus itu di tanah air kita sebagai Pinksterbeweging. Beliau hanya berdiri teguh pada Firman Allah. Mempraktekkan kembali apa yang Para Rasul telah lakukan pada tahun pertama itu, sebagai lanjutan dari pekerjaan Tuhan Yesus Kristus itu sendiri. Pinksterbeweging makin berkembang, di sana-sini lahir jemaat baru, terdiri dari orang-orang yang percaya pada pekerjaan Roh Kudus, orang-orang yang terlepas dari pada tekanan-tekanan, orang-orang yang sembuh dari penyakit dahsyatnya, orang-orang yang terlepas dari kuasa-kuasa si jahat, roh-roh setan. Rev. Thiessen Sr tetap berpendirian, bahwa Umat Kristen Pentakosta ini bukanlah suatu Persekutuan Gerejani, beliau sebenarnya pantang menyebut jemaatnya sebagai Pinksterbeweging Kerk, tetapi pada hakekatnya tetap Pinksterbeweging, tok !. Hampir bersamaan waktunya dari Timur Pulau Jawa tercetus Api Pentakosta di bawah pelayanan seorang Amerika keturunan Belanda Rev. Croesbeek kemudian setelah berkembang pesat di Pulau Jawa kedua kelompok besar ini berfusi di Cepu, karena itu tidaklah heran kalau lama-kelamaan timbul banyak kelompok, berkat menjalarnya Api Roh Kudus itu ke berbagai tempat (masih zaman penjajahan Belanda) : Pinksterkerk – Pinkstergemeente – Pinksterzending dan sebagainya, di samping Pinksterbeweging, namun semuanya tetap suatu Gerakan Pentakosta (Pentecostal Movement). Kebangunan Rohani yang pertama dilaksanakan di Cepu Jawa Timur pada tanggal 29 Maret 1923. Tanggal 29 Maret 1923 tersebut akhirnya dijadikan tanggal berdirinya Pinksterbeweging di Indonesia. Dalam Kebangunan Rohani ini, kuasa Roh Kudus dinyatakan, banyak mujizat terjadi, yang sakit disembuhkan, banyak yang hadir menerima baptisan Roh Kudus, baik tua maupun muda. Dari Kota Cepu ini, Api Roh Kudus terus mengalir ke Surabaya, melalui Kebaktian Kebangunan Rohani tanggal 12 April 1923¸ dan pada tanggal 20 Mei 1923 di Kota Bandung. F.PAPA THIESSEN MEMILIH JAWA BARAT Perkembangan selanjutnya, para Pelopor Pinksterbeweging tersebut kemudian membagi wilayah pelayanan mereka, dan Papa Thiessen memilih Bandung sebagai basis pelayanan Pinksterbeweging yang dirintisnya. Pada permulaannya, Papa Thiessen menyewa gedung Pengadilan Negeri di Kota Bandung (Gedung Landraadzaal), sebagai tempat Kebaktian, sebab pada malam hari gedung tersebut tidak digunakan. Setiap kebaktian yang dilakukan, mengundang banyak perhatian pengunjung dan kuasa mujizat banyak dinyatakan. Banyak yang bertobat dan lahir baru, yang sakit disembuhkan dan banyak yang menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat Pribadi. Suatu saat Papa Thiessen pernah mengatakan : ”Pada hari biasa orang-orang jahat diadili dan dijatuhi hukuman di ruangan ini, tetapi dalam kebaktian ini mereka yang bertobat dari segala dosa dan kejahatannya, menerima anugerah pengampunan dari Hakim yang Agung yaitu Yesus Kristus”. Ada beberapa orang yang telah lama tekun berdoa untuk dipenuhi dengan Roh Kudus, akhirnya mereka menerima kepenuhan Roh Kudus, antara lain : Mama Litson, Keluarga Teffer, Keluarga Kuilenberg, Keluarga Daroop dan lain-lain. Dalam waktu relatif singkat kebaktian dalam ruangan tersebut sudah tidak dapat menampung para pengunjung yang semakin banyak, sehingga timbul hasrat untuk membangun Gereja sendiri. Suatu saat Tuhan menggerakkan hati Zr. Trees Kuilberg, untuk memberikan tanah dan rumahnya di Litsonlaan (sekarang Jl. Marjuk No. 11) untuk dibangun Gedung Gereja. Turut campur Tuhan semata, sehingga selesai juga pembangunan Gereja Pinksterbeweging yang pertama di Bandung yang diberi nama “Bethel”. Gedung Gereja baru ini dapat menampung ± 300 orang, di tempat inilah Papa Thiessen yang kemudian dibantu oleh anak-anaknya dan pelayan-pelayan Tuhan lainnya mengabarkan Injil dengan penuh kuasa dan heran. Sesuai ketentuan Pemerintah Hindia Belanda di Indonesia tentang Pekabaran Injil, maka Papa Thiessen mengajukan permohonan untuk memberitakan Injil di Daerah Jawa Barat, dan pada tanggal 04 April 1924 Papa Thiessen menerima Surat Keputusan Gouvernuer Generaal Nomor : 28, tertanggal 04 April 1924 dari Gouvernuer Generaal Buitenzorg, sehingga pelayanan Papa Thiessen diakui dan jangkauan pelayanannya semakin meluas di kota-kota lainnya. G.BERKEMBANG KE BATAVIA Kira-kira dua tahun kemudian Pinksterbeweging meluas ke Kota Jakarta (waktu itu namanya Batavia). Mula-mula seorang Ibu dari Jakarta berkunjung ke rumah Keluarga Teffer, Ibu ini melihat ada perubahan besar pada Keluarga Teffer, dan dia mendengarkan kesaksian-kesaksian, sehingga mulai terbuka hatinya untuk datang dalam Kebaktian Rohani itu. Sekembalinya ke Batavia, ia bersaksi kepada keluarganya mengenai apa yang disaksikan dan dialaminya tentang Kebaktian Pinksterbeweging, sambil memberikan beberapa majalah “Dis is Het” yang dibawanya dari Bandung. Waktu mama Wetters membaca majalah tersebut ia berkata : “Inilah Kebenaran, undanglah tuan Thiessen datang ke sini”. Itulah pertama kali Pinkster di Jakarta, yaitu di rumah Keluarga Wetters di Jl. Kebon Sirih No. 49 Jakarta. Beberapa kerabat keluarga Wetter diundang antara lain Keluarga Hoogwinkel dan Keluarga De Siso. Papa Thiessen berkhotbah mengenai kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali dan semua yang mendengarkan Firman Allah tersentuh hatinya dan kemudian menjadi saksi-saksi hidup (kemudian Br. Hoogwinkel menjadi hamba Tuhan Pinksterbeweging di Negeri Belanda). Jemaat Pinksterbeweging di Jakarta berkembang pesat, kemudian mereka menyewa sebuah rumah di Jl. Kwitang No. 6 Jakarta Pusat. Jiwa-jiwa yang dimenangkan kemudian minta dibaptiskan dalam air, termasuk diantaranya putera Papa Thiessen sendiri yaitu Hendrik Thiessen (Rev. H. Thiessen / Bapa Rohani GGP) dan Nona Adriana Wetters (Isteri Rev. H. Thiessen). Dalam Kebaktian-kebaktian mujizat Allah dinyatakan, banyak orang menerima Yesus sebagai Juru Selamat, banyak yang disembuhkan dan dipenuhi Roh Kudus. Pada Kebaktian yang diadakan di Gedung Loge, di antara para pengunjung, juga hadir dokter-dokter, profesor yang bermaksud ingin mengadakan penyelidikan perkara ini, dan pada waktu itu hampir boleh dikatakan seluruh Jakarta berbicara mengenai Pinksterbeweging. Kemudian timbullah tantangan dari golongan yang tidak menginginkan perkembangan Pinksterbeweging dan justru tantangan ini datangnya dari kalangan umat Kristen sendiri yang tidak mengerti dan tidak mau menerima kenyataan pekerjaan Roh Kudus. Melalui surat kabar Papa Thiessen difitnah, bahwa ajarannya adalah ajaran sesat, sekte bidat dan sebagainya. Suatu saat pernah Papa Thiessen dipanggil Pengadilan dan didenda sebesar 25 Golden, karena Papa Thiessen mengadakan Kebaktian dengan mujizat-mujizat terutama “Kesembuhan Illahi”. Papa Thiessen menolak segala tuduhan yang mengatakan ia pembawa sekte atau aliran kepercayaan baru karena beliau berdiri atas dasar yang teguh yaitu Firman Allah, sebagaimana yang dikatakan oleh Tuhan Yesus: “Pergilah kamu ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang percaya : mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan bicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka : mereka akan menumpangkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan disembuhkan” ( Markus 16 : 15 - 18 ). Papa Thiessen dengan dibantu oleh beberapa Hamba Tuhan Pinksterbeweging mengirim Telegram kepada Ratu Wilhelmina yang berisi kira-kira 100 kata, memohon kepada Pemerintah Hindia Belanda yang telah memperjuangkan kebebasan beragama selama delapan puluh tahun, supaya memberikan ijin kepada Papa Thiessen untuk diberikan kebebasan mengabarkan Injil. Tanpa mendapat rintangan Telegram tersebut dijawab dengan Surat Keputusan dari Kerajaan Belanda yang menyatakan : “Jangan menghalang-halangi Pinksterbeweging ini“. Dengan Keputusan ini maka oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada waktu itu mengeluarkan Surat-surat Keputusan, yang memberikan ijin kepada Pinksterbeweging untuk mengabarkan Injil ke seluruh Pulau Jawa, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Surat-surat keputusan tersebut ( terlampir ) : 1.Surat Keputusan, No : 24, tertanggal Cipanas 02 Juli 1931. 2.Surat Keputusan, No : 23, tertanggal Batavia 20 September 1934. 3.Surat Keputusan, No : 35, tertanggal Batavia 10 Oktober 1934. Sementara itu Jemaat di Jakarta berkembang terus, sehingga akhirnya Papa Thiessen mengambil alih sebuah gedung bekas Gereja Methodis di Jl. Kramat Soka No. 4 (sekarang GGP “Ecclesia Christi”). Ketika pecah perang, Gereja Pinksterbeweging di Kramat Soka ini pernah diduduki oleh tentara Inggris, kemudian atas usaha Rev. Henk Thiessen akhirnya Gedung ini dikembalikan kepada Pinksterbeweging. Saat ini Pinksterbeweging sudah merupakan Gereja yang dikenal sebagai Gereja Gerakan Pentakosta (GGP). Sebelum Tuhan Yesus Kristus kembali sebagai Pengantin Lelaki, maka Roh Kudus bekerja untuk mengembalikan umat Tuhan pada jalan-Nya yang benar agar tidak terhilang untuk selama-lamanya. Kelompok Besar Pentakosta telah diakui oleh dunia Kristen sebagai kelompok The Third Power, kuasa ketiga, disamping Kelompok besar Katolik dan Protestan. Rev. Johannes Gerhard Thiessen Sr kembali ke Allah Bapa pada tahun 1953 dalam usia 83 tahun, dan sampai akhir hayatnya beliau tetap melayani Jemaat. Ayat kenangan bagi Rev. Johannes Thiessen Sr adalah Ibrani 11:4, ”Karena Iman ia masih berbicara, sesudah ia mati”.